Dalam melaksanakan tugasnya,
seorang auditor atau tim audit harus membuat sebuah laporan yang biasa disebut Laporan
Hasil Audit. Pada laporan tersebut ada baiknya kita memperhatikan beberapa hal
agar laporan kita diikuti oleh pemangku kepentingan (auditee). Penulisan yang tidak tepat akan membuat hubungan antara
auditor internal dengan unit yang diaudit atau bahkan akan merusak reputasi
seorang auditor. Hal-hal kecil yang dibuat dalam laporan akan berdampak pada
rekomendasi yang disampaikan akan diterima.
Ilustrasi Laporan Auditor |
Saya bukanlah seorang praktisi
yang akan memberikan Anda tips dan trik berkaitan dengan pembuatan laporan
audit yang baik dan benar. Namun saya akan mengutip sebuah artikel dari President
dan CEO of The IIA yaitu Richard F. Chambers, CIA, QIAL, CGAP, CCSA, CRMA yang
saya terjemahkan secara bebasa. Berikut ini 9 Kata Yang Perlu Dihindari Pada
Laporan Auditor.
1. Jangan Katakan Sebaiknya Management “Mempertimbangkan”
Laporan audit
harus memberikan rekomendasi yang tepat dan baku. Bila rekomendasi yang kita
berikan hanya untuk mempertimbangkan sesuatu, maka keputusan yang harus diambil
oleh managemen secara sepat akan menjadi samar-samar. Sebagai auditor kita
ingin mendengar bahwa managemen mengatakan “Baiklah kami akan mempertimbangkan
rekomendasi Saudara”.
2. Jangan Sampaikan Pendapat Auditor
Dalam laporan
auditor sebaiknya didukung dengan fakta yang dapat dipercaya. Hindari dengan
anggapan-anggapan atau pendapat auditor yang tidak berdasar. Ungkapan seperti “nampaknya”
atau “menurut kesan pendapat auditor” akan membuat pembaca berpendapat bahwa
laporan auditor seperti hanya firasat seorang auditor.
3. Gunakan kata atau ungkapan dengan hemat
Penulisan
sebuah laporan sebetulnya tidak perlu banyak karena pada prinsipnya pembaca
internal auditor telah mengetahui proses bisnis perusahaan. Cukup dengan
kondisi yang bertolak belakang dengan kreiteria. Penggunaan kata yang efektif
juga akan membuat pembaca tidak berangan-angan. Seperti contohnya kata 10% atau
Rp3M adalah sebuah fakta. Namun menggunakan kata “sangat besar” tidak akan
memberikan gambaran yang jelas.
4. Masalah yang ada sangat umum terjadi
Pengungkapan masalah kedalam laporan sebaiknya
menghindari kata “tidak pernah”, “Selalu”, “Tidak Ada”. Sangat tidak enak
dibaca ketika seorang auditor menulis “Anda Tidak Pernah” “Anda selalu” dan
sebagainya. Hal tersebut akan membuat pembaca akan mencari pembenaran kebiasaan
yang telah dilakukan daripada memahami masalah yang terjadi (yang bertentangan
dengan kreiteria). Lebih baik anda mengatakan dari 10 dokumen yang disampling
dan semuanya tidak ada materai, kurang aman jika anda mengatakan dokumen tidak ada
materai.
5. Hindari laporan yang menyalahkan
Tujuan pembuatan laporan audit adalah untuk membawa
perubahan yang positif, bukan untuk menyalahkan seseorang. Lebih baik auditor
bersikap dengan netral dan tidak konfrontatif, tujuannya untuk mendapatkan akar
permasalahan atau penyebab masalah terjadi. Memang tidak ada masalah dengan adanya
laporan yang mencari seorang yang harus bertanggungjawab, untuk memberikan
rekomendasi yang tepat. Namun sebaiknya hindari untuk menyalahkan seorang
seperti “semua itu adalah salahnya freddy”.
6. Jangan katakan bahwa “Management gagal”
Membuat pernyataan bahwa management telah gagal dalam
menerapkan kontrol yang memadai akan membuat mereka terganggu dan membuat “down”
bagi mereka yang ingin melakukan perbaikan. Sebagai auditor kita hanya cukup
untuk menuliskan kondisi sesuai fakta yang ada dan memberikan solusi terhadap
permasalahan yang terjadi tanpa menghakimi keputusan management. Hal tersebut
akan membuat hubungan kita dengan management tetap baik karena sebagai auditor
internal, kita akan bertemu kembali pada saat mendapat penugasan di wilayah
mereka.
7. Kata “Auditee” sudah kuno
Beberapa tahun yang lalu kita menggunakan kata “auditee”
untuk menyebut management yang kita periksa. Saat ini, kata auditee telah
menjadi ungkapan yang berkonotasi negatif karena berarti bahwa auditee
menyiratkan seseorang yang melakukan sesuatu dan perlu diaudit oleh auditor. Audit
internal telah mengalami proses kolaboratif dan istilah “klien audit”, “pelanggan audit” atau “mitra audit”
menunjukan bahwa auditor internal bekerja untuk management tidak mengerjainya.
8. Hindari kata-kata yang terlalu teknis
Setipa profesi membutuhkan jargon teknis, namun ketita
kita berusahan menghindari kata-kata teknis yang hanya kita pahami oleh salah
satu prefesi maka harapan kita bahwa dalam laporan pesannya jelas. Jika anda
menggunakan lebih dari satu frase seperti “metodologi bertingkat” atau “menggunakan
Probability sampling”, jangan terkejut saat beberapa pembaca Anda memeriksanya
tanpa membaca Akhir laporan.
9. Jangan menggungkapkan “telah ditemukan”
Sangat menggoda untuk menggunakan ungkapan “audit
internal menemukan” atau “kami temukan”. Dengan ungkapan tersebut, management
akan beranggapan bahwa auditor internal mendapatkan sesuatu yang luput dari
pengawasan management.
Laporan audit harusnya bisa diterima dengan baik oleh
pembacanya, pesan yang ingin disampikan oleh auditor dapat dipahami tanpa
adanya pertanyaan mengenai ungkapan-ungkapan yang ada. Artikel ini jauh dari
kata sempurna dan kemungkinan ada beberapa pemahaman penulis yang tidak sesuai.
Dari itu, mohon untuk diberikan komentarnya apabila ada pertanyaana atau
beberapa hal yang dapat kita diskusikan.
Comments
Post a Comment