Cuaca sangat cerah dan udara masih sangat sejuk. Itulah yang dapat digambarkan ketika kami berada di Stasiun Ambarawa. Museum Kereta Api Ambarawa (ABR) adalah sebuah stasiun kereta api kelas I yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum serta merupakan museum perkeretaapian pertama di Indonesia. Museum ini mengajak kita untuk bernostalgia ke zaman dahulu kala ketika angkuatan kereta api sangat berjaya. Museum yang terletak pada ketinggian +474,40 meter ini terhubung dengan Stasiun Bedono di kecamatan Jambu pada ketinggian +711. Karena daerah yang menanjak tersebut, maka diperlukan kereta bergerigi agar wilayah tersebut dapat dijangkau. Hebatnya gaes, jalur Ambarawa Bedono yang pembangunannya selesai pada tanggal 1 Februari 1905, sampai hari ini bisa kita nikmati.
Sejarah dari Stasiun Ambarawa ini
adalah dahulu bernama Stasiun Willem I. Nama willem I sendiri diambil dari
benteng yang berdiri kokoh di dekat Stasiun tersebut dan untuk menghargai
jasa-jasa raja belanda yang bertahta pada zaman tersebut. Tujuannya adalah
untuk mempermudah mobilisasi tentara belanda.
Hingga Indonesia merdeka,
sebenarnya jalur Amabarawa Yogyakarta masih aktif, namun banjir lahar karena
erupsi merapi pada 1972 mebuat kereta api tidak dapat bergerak hingga magelang.
Penutupan jalur kereta api Yogyakarta–Magelang–Secang pada tahun 1975 akhirnya
dilakukan dan ternyata berdampak pada Stasiun Ambarawa. Karena keprihatinan
terhadap kereta api uap yang berguguran karena dimakan usia maka pemerintah
pada tahun tersebut akhirnya sepakat menjadikan Stasiun Willem I untuk menjadi
Museum Ambarawa.
Ikut bangga karena usaha untuk
melestarikan kereta uap dan bergerigi berhasil paling tidak sampai saat ini
rute kereta uap Stasiun Ambarawa – Bedono dan Ambarawa – Tuntang aktif
melanyani secara reguler pengunjung museum pada hari sabtu dan minggu. Kereta
wisata Ambarawa–Tuntang dijalankan secara reguler menggunakan lokomotif diesel,
tetapi dapat juga menggunakan kereta Uap. Untuk perjalanan reguler terdapat
jadwal kereta api yang berangkat pada pukul 10.00, 12.00, dan 14.00. untuk
perjalan reguler ini, kita dapat membayar tiket senilai Rp50.000 untu relasi
Ambarawa – Tuntang PP.
Sedangkan untuk menikmati kereta
Uang bergerigi dari Stasiun Ambarawa ke Stasiun Bedono, Anda harus menyiapkan
uang sebesar Rp15 Juta. Harganya memang sepadan dengan keindahan alam dan
tenaga untuk mempersiapkan kereta uap tersebut. Persiapan untuk mendidihkan air
agar menjadi uap menggunakan api dari kayu jati berkisar antara 30 sampai
dengan 60 menit. Apalagi menurut penjelasan Manajer Humas KAI Daop 4 Semarang
Edi Suswoyo yang di cuplik dari Kompas.com, jalur bergerigi, yang pernah
digunakan Nederlandsch-Indische Spoorweg
Maatschappij pada 1905, tersebut merupakan satu dari tiga yang tersisa di
dunia. Dua lainnya berada di India dan Swiss.
Untuk menggambarkan suasana Kereta Api di Stasiun Ambarawa, silahkan saksikan videonya:
Terimakasih telah mengunjungi
masimamcom, silahkan like fanspage dan subscribe youtube masimamcomTV.
Comments
Post a Comment